Jumat, 04 Oktober 2013

Nulis apa ya ??



Aku bingung sebenernya mau nulis apa? Di kepala ini itu rasanya penuh, tapi sayangnya campur aduk gak jelas, kurang terstruktur gitulah pokoknya. Kadang itu ya pengen banget rasanya ngehasilin tulisan yang apik, rapih, enak dibaca. Tapi lagi-lagi penyakitnya kalo udah megang laptop sama tangan udah siap ngetik, ilang semua deh yang mau ditulis. Alhasil sampe sekarang juga belum ada tulisan yang jadi master piece gue, hehehe..

Kapan ya otakku bisa diajak kompromi, setidaknya itu apa yang pernah kubaca bisa ditulis lagi lah, itung-itung semacam resume gitu. Apa aku terlalu banyak buku ya? Terus berhubung otakku belum di buatin rak-rak khusus untuk setiap buku, jadi apa yang udah ku baca jadi kececer sembarang tempat di otak. Ditambah ntah berapa memori yang asal nyelonong ngabur dari otak. Jannnn.. gak jelas bangetlah pokoknya. Tapi setidaknya aku masih sering punya khayalan buat jadi penulis,hehe..

Seingetku selama ini aku baru nulis empat cerpen, tiga artikel sama tulisan-tulisan yang gak jelas lainnya. Yang aku juga heran itu, udah tulisan gak jelas, tapi juga gak mutu, dangkal plus garing tulisannya. Yang masih aku inget dari buku-buku tentang menulis, sama kata-kata dosen bahasa indonesiaku, bapak Darmanto, SS, menulis itu gampang, tulis aja apa yang ada di otak alias dipikiran, jangan sampe berhenti, tulis apa saja. Kalo bingung ya tulis lagi bingung, kalo ngadat ya tulis lagi ngadat, yang nggak aku habis pikir itu, masa iya lagi nulis skripsi terus lagi galau di tulis satu lembar tulisan galau,galau,galau,galau. Wahh bisa-bisa gak jadi lulus tiga tahun tuh kalo kayak gitu.

Kalo menurutku si, orang yang bilang kalo nulis itu gampang sebenernya cuman ngadem-ngadem aja, biar yang lagi nulis tugas makalah atau lagi buat karya ilmiah itu nggak frustasi kalo sebenernya nulis itu susahnya minta ampun. Astagfirullah..aku baru inget kalo Allah itu bersama prasangka hambanya, kalo aku bilang nulis itu susah terus jadi susah beneran gimana coba. Oke lah aku ralat, sebenernya nulis itu gampang kok tapi bagi orang-orang yang udah biasa nulis, hehe.. kalo buat pemula kata-kata gampang itu ibarat penghibur saja, hehe sebenernya tetep susah.
Ayo donk otak..udah dipancing nulis juga masih aja belum panas. Beri aku inspirasi buat nulis tulisan yang bikin namaku melambung melebihi penulis favoritku, bang Andrea Hirata. Aku tu sebenernya heran ama dia, siapa coba yang ngajarin dia nulis empat novelnya itu, masa iya katanya Cuma sekedar nulis buat bu Muslimah yang katanya lagi sakit, tapi kok bisa bagus gitu. Aku gak percaya pokoknya, terserah apa kata dia aku tetep gak percaya. Kalo menurut suudzonku, walaupun sebenernya gak boleh suudzon, tapi gak papalah sekali-kali. Dia itu sia bang Andrea sebenernya udah latihan mati-matian buat nulis tu novel. Terus waktu dah di anggap bagus baru deh dikirim ke penerbit terus nggak sengaja ada anak yang lagi galau iseng-iseng beli novel pertamanya, berhubung dia lagi galau, asal deh dia ngomong kalo novelnya bagus ke orang lain, terus pada beli deh, terus bang Andrea bilang ini pertama kali aku nulis novel, terus biar dibilang wah hebat ya, baru sekali nulis tapi bagus banget. Ah basi kalo kayak gitu mah, aku juga bisa, liat aja ntar, hahaha..#nulisnya sambil keluar tanduk, suudzon ma orang sukses, hehe

Tapi sebagai lelaki yang gentle, aku mengakui memang tulisan bang Andrea itu ya lumayan bagus lah, walaupun apa kata dia tentang proses nulisnya, percaya aja deh. Belum aja ada selembar udah puyeng, gimana ntar nulis skripsi yah, udah harus banyak, harus bertele-tele, harus pake referensi buku, harus gak harus ngasal. Walahh piye iki, seng penteng happy, tenang saja boss, semua ada waktunya, badai pasti berlalu, tulisanku pasti lalu.

Kamis, 03 Oktober 2013

MEKANISME KERJA ANGGARAN

BAB III BANK BUDGETING

Agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai alat perencanaan dan pengendalian, maka anggaran tersebut harus dapat dukungan sepenuhnya dari Top Management dan adanya partisipasi dari seluruh unit kerja yang ada. Hingga dengan demikian anggaran tersebut harus dapat mencakup tiap jenis kegiatan usaha yang ada pada bank tersebut. Tiap jenis kegiatan usaha harus dapat diukur performancenya dan sekaligus tingkat variances yang ada baik yang bersifat Favorable maupun Unfavorable. Analisa Variance ini sangat penting pula sebagai alat koreksi terhadap penyimpangan yang ada.
Oleh karena itu agar dapat diperoleh anggaran yang seperti diinginkan di atas, perlu terlebih dahulu dipahami persiapan-persiapan penyusunan anggaran dan juga mekanisme kerja dari anggaran itu sendiri.
A.      PERSIAPAN PENYUSUNAN ANGGARAN BANK
Faktor-faktor dalam penyusunan anggaran :
a.       Dukungan manajemen
Dukungan dari manajemen untuk penyusunan dan pelaksanaan suatu sistem anggaran di suatu bank, merupakan faktor yang penting. Anggaran bank untuk jangka panjang merupakan pedoman kerja bagi setiap tingkat manajemen dalam merumuskan kebijaksanaan yang harus sejalan seirama.
Dengan sistem anggaran akan merombak gaya kepemimpinan dari manajemen, dari gaya otoriter menjadi gaya kepemimpinan yang partisipatif yang menghendaki keterlibatan secara utuh dari semua tingkatan manajemen dalam mencapai tujuan bank.
Dalam penyusunan anggaran perlu memperhatikan manajemen style, manajemen background, dan manajemen aspiration yang ada, apakah pasif atau agresif.

b.      Partisipasi seluruh pegawai bank
Berbagai bentuk partisipasi yang diharapkan didalam program antara lain :
·           Pada saat penyusunan anggaran, diharapkan untuk memberikan informasi tentang past performance, kapasitasnya yang ada saat ini yang sangat bermanfaat untuk merumuskan standar performance maupun standar cost.
·           Ketaatan pelaksanaan kerja sesuai dengan jadwal waktu tingkat kegiatan kerja yang telah dianggarkan.
·           Ketaatan pelaksanaan kerja evaluasi atas pelaksanaan anggaran dan informasi lainnya yang penting tentang volume kegiatan yang dicapainya.
·           Kesediaan memberikan evaluasi atas pelaksanaan anggaran dan informasi lainnya yang penting tentang volume kegiatan yang dicapainya.
·           Kesediaan menerima kritik yang dirumuskan dari analisa variansi, sebagai alat untuk perbaikan terhadap prestasi kerja yang telah dicapai.
·           Kesediaan menerima reward and punishment atas prestasi yang telah dicapai atau kegagalan prestasi seperti yang telah dianggarkan.

c.       Faktor sarana kerja
1.      Tenaga kerja (brain ware) yaitu unit kerja yang bertugas mengkoordinir kegiatan anggaran, baik berupa penyusunan anggaran, pencatatan pelaksanaan anggara, evaluasi hasil kerja terhadap anggaran, penyusunan perbaikan dst.
2.      Sistem, prosedur, tata kerja (software) yaitu segala sistem dan prsedur kerja yang telah diperlukan untuk menyusun anggaran.
3.      Sarana perangkat keras (hard ware) seperti :
·           Mesin-mesin kalkulator, komputer, dll.
·           Formulir-formulir kerja
·           Tempat arsip.
Sarana kerja tersebut tentu harus diadakan pembinaan secara konsepsional dan berkesinambungan.

d.      Faktor biaya
Besar kecilnya biaya yang disediakan program anggaran akan sangat berbeda antara satu bank dengan bank lainnya, akan tergantung pada :
·           Besar kecilnya organisasi anggaran.
·           Bentuk dari sarana perangkat lunak yang akan diterapkan.
·           Bentuk dan jenis perangkat keras yang akan dicapai.
·           Kualitas tenaga kerja yang dipakai.
·           Kualitas dari sistem dan prosedur anggaran yang dipakai oleh bank yang bersangkutan.

e.       Faktor kelengkapan informasi
Dalam proses penyusunan anggaran akan banyak dihadapkan pada penyusunan rencana untuk waktu-waktu yang akan datanng baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang, akan banyak memerlukan informasi sebagai dasar keputusan. Informasi tersebut dapat bersifat intern yang berkenaan dengan bank yang bersangkutan, maupun informasi ekstern secara makro.
Jenis informasi yang diperlukan dapat berupa informasi informal dan informasi formal mengenai bidang moneter, fiskal, perkreditan, dana, ekspor, impor, perdagangan valuta asing, pasaran tenaga kerja, permintaan dana, dst.

f.       Faktor jenis usaha dari bank yang bersangkutan
Dalam penyusunan anggaran untuk suatu bank tertentu pertama-tama perlu diperhatikan sifat dan jenis usaha dari bank yang bersangkutan. Bentuk dan jenis usaha bank akan mengakibatkan perbedaan para nasabahnya, kebutuhan dananya, pemasaran jasa dan seterusnya. Bahkan ada berbagai bank yang mempunyai sifat usaha yang sangat khusus. Berbagai jenis kekhususan dari bank perlu dipelajari terlebih dahulu secara seksama oleh para penyusun anggaran.
Selain itu, faktor nasabah, sumber dana, pola pemasaran jasa perbankan perlu diperhatikan faktor-faktor bank sejenis yang menjadi saingan utama bagi bank yang bersangkutan. Begitu juga tingkat intensitas persaingan juga perlu mendapatkan perhatian penyusunan anggaran.

g.      Perkembangan kegiatan perekonomian secara makro
Perkembangan suatu perusahaan akan mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan kegiatan perekonomian makro pada tingkat regional, nasional maupun internasional sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam menyusun anggaran.
Berbagai aspek perekonomian yang mendapatkan pertimbangan antara lain:
·           Tingkat pertumbuhan perekonomian baik nasional maupun internasional dimana bank yang bersangkutan mempunyai cabang atau beroperasi. Tingkat laju pertumbuhan ekonomi ini sangat bermanfaat untuk dasar peramalan kegiatan/volume bank di waktu-waktu yang akan datang.
·           Kebijaksanan moneter, perbankan, pasar uang dan modal, perpajakan, perubahan tingkat suku bunga, bunga kredit, perubahan kurs valuta asing, besarnya bantuan kredit likuiditas dari bank sentral.
Faktor-faktor tersebut mempunyai keterkaitan yang cukup erat dan harus sekaligus dapat diolah untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran bank. Apabila faktor-faktor tersebut sulit untuk dipenuhi maka akan mengakibatkan estimasi, ramalan-ramalan serta penetapan standar kerja menjadi kurang teliti. Akibatnya akan mempengaruhi kecermatan anggaran itu sendiri sebagai alat perencanaan laba dan pengendalian.

B.       PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN
Dalam penyusunan anggaran, perlu diperhatikan langkah-langkah :
a.       Preliminary Study
Maksudnya pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk penyusunan anggaran tersebut. Hal yang diperlukan adalah :
1.        Perumusan sasaran usaha bank
Perumusan tersebut khususnya untuk jangka panjang lebih banyak bersifat keputusan politis dan strategis. Pendekatan yang dilakukan untuk perumusan sasaran ini bersifat Top Down Approach yang dipengaruhi oleh beberapa faktor:
·           Keinginan dari para pemilik/pemegang saham dari bank yang bersangkutan.
·           Peraturan atau kebijaksanaan pemerintah dalam keuangan, perbankan maupun perekonomian.
·           Perilaku, filosofi, kualitas dari top management.
·           Kondisi organisasi, personalia. Keuangan, administrasi dan sarana kerja dari bank tersebut.
·           Tingkat dan bentuk persaingan perbankan.
·           Ruang lingkup, jenis usaha, wilayah usaha dari bank yang bersangkutan.
Selanjutnya yang perlu diketahui bahwa rencana jangka pendek merupakan implementasi dari kebijaksanaan politik dan strategis. Pendekatan dalam penyusunan rencana jangka pendek dan rencana kerja lainnya bersifat teknik implementasi dan bersifat bottom up approach.
Bentuk dari rumusan sasaran biasanya masih belum definitif sehingga masih harus disaring dengan berbagai planning assumption maupun berbagai bentuk resiko usaha.
2.        Planning assumption
Untuk merumuskan objektif (sasaran) usaha, perlu dirumuskan planning assumption yang dalam penetapannya diperlukan pemikiran yang mendakam melalui teknis analisa kualitatif maupun kuantitatif.
Planning assumption bersifat sensitif, adanya perbedaan atau perubahannya  planning aasumption akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan anggaran atau dengan adanya planning assumption yang berbeda akan menimbulkan alternatif lain dari keputusan (perumusan sasaran) yang akan diambil.

b.      Penelitian resiko usaha
Jenis resiko yang ada dalam perbankan adalah :
·           Resiko moneter
Dalam kedudukannya sebagai pedagang uang maka perubahan kebijaksanaan yang drastis di bidang moneter oleh pemerintah dapat memberikan dampak negatif terhadap suatu bank.
·           Resiko politis
Pergolakan politis sering memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan sebagian besar jenis usaha. Perbankan akan terkena pengaruh ini baik secara langsung maupun tidak langsung, mengingat dalam usahanya perbankan banyak memberikan kredit pada hampir setiap sektor usaha yang ada di masyarakat.
·           Resiko persaingan usaha
Dengan semakin ketatnya persaingan membawa akibat semakin kecilnya keuntungan yang diterima oleh sektor perbankan.
·           Resiko dari sifat usaha bank itu sendiri
Bank sebagai lembaga keuangan yang memperdagangkan uang dan alat likuid, sering menjadi incaran penjahat profesional untuk membobol bank. Di samping itu bank juga beroperasi dengan menggunakan kode-kode rahasia yang mungkin bocor atau dibocorkan oleh pihak yang mementingkan pribadi mereka. Kerugian akibat resiko usaha juga erat kaitannya dengan masalah persainagn antarbank, sebab bank selalu berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan di sisi lain mengorbankan  pengawasan dan pengamanannya.
·           Resiko uncertainty
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, bank banyak menghadapi berbagi faktor yang tidak memiliki kepastian dan sering mendorong timbulnya usaha spekulasi yang penuh resiko.
·           Resiko birokratisme
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, bank harus tunduk pada semua peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, peraturan bank sentral dan norma-norma bisnis dan perbankan. Berbagai peraturan tersebut akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga akan memberikan pengaruh terhadap kebijaksanaan bagi bank yang bersangkutan dengan kegiatan usahanya dan akan memberikan dampak terhadap sistem dan prosedur kerja bank.

c.       Critical point dari sasaran yang akan dicapai
Berbagai macam bentuk dan sifat critical point, yaitu :
1.      Organisasi bank itu sendiri
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menilai weakness dari suatu organisasi meliputi :
·         Struktur organisasi, pembagian kerja
·         Susunan manajemen
·         Kuantitas dan kualitas personalia
·         Sistem dan prosedur kerja yang ada
·         Reputasi bank
·         Sarana perangkat keras
·         System Internal Control
·         Relasi koresponden
2.      Sumber dana
Sumber dana merupakan faktor yang sangat dominan bagi suatu bank untuk dapat melakukan kegiatan usahanya. Untuk itu perlu adanya pengelolaan dana. Namun pengelolaan dana jauh lebih sulit dari masalah intern organisasi bank, sebab masalah dana lebih banyak tergantung dari pihak ketiga yang berada diluar jangkauan pihak bank untuk mengaturnya.
3.      Pasar perbankan
Hubungan sumber dana dan pemasaran produk dan jasanya bagi perbankan sulit ditentukan mana yang harus didahulukan, karena 2 hal tersebut saling berkaitan erat, namun kenyataannya tidak semua pemasaran jasa bank memerlukan dana, dan justru merupakan sumber dana. Sehingga perlu dikaji tiap jenis usaha yang akan dipasarkan dan kaitannya dengan dana yang diciptkan, itulah yang harus mendapatkan prioritas.
4.      Sistem perbankan yang ada
Perbedaan mekanisme kerja, praktik perbankan dan instrumennya mempunyai pengaruh terhadap penetapan strategis, taktis dan teknik operasi yang akan dilakukan sehingga sistem perbankan yang berlaku bisa menjadi kendala untuk pencapaian sasaran usaha  yang dicapai, karena dalam pelaksanaan usaha harus memperhatikan normal, peraturan dan etika perbankan.
5.      Perkembangan perekonomian secara makro
Adanya kecenderungan kegiatan pebankan yang akan dilakukan lebih banyak mengikuti perkembangan perekonomian/moneter yang sedang berlangsung baik tingkat regional, nasional maupun internasional.
6.      Penetapan keseimbangan faktor-faktor usaha
Agar anggaran yang akan disusun dapat dilaksanakan dengan baik, maka manejemen bank harus yakin bahwa faktor-faktor produksiny mempunyai kapasitas yang seimbang satu sama lain. Dengan demikian makan dapat menghindari terjadinya Botle Neck yang dapat menggagalkan pencapaian sasaran usaha yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, anggaran harus disusun pada tingkat kapasitas masing-masing faktor produksi atau faktor usaha yang berimbang. Dengan demikian maka tidak akan dihadapi hambatan kerja yang disebabkan suatu pihak terjadi over capacity dan di pihak lain terjadi under capacity.
d.      Penetapan target usaha
Setelah critical point dapat diidentifikasi dengan jelas, kemudian telah diketahui volume kapasitas faktor produksi atau faktor usaha pada tingkat kritis, maka dengan mudah dapat diketahui berapa besar target usaha yang akan dicapai bertitik tolak dari kapasitas faktor produksi atau faktor usaha yang terkecil.

e.       Perhitungan tolak ukur usaha
Secara umum bentuk-bentuk tolak ukur usaha yang diperlukan adalah :
1.      Tolak ukur pendapatan/revenue yaitu penetapan berapa besarnya harga untuk tiap jenis produk dan jasa yang akan dijual dan volume usaha yang akan ditempuh.
2.      Tolak ukur mengenai kualitas dana kualitas dari produk dan jasa perbankan yang akan dijual.
3.      Tolak ukur biaya yang terdiri dari : biaya tenaga kerja, biaya material dan biaya overhead lainnya.

f.       Penyusunan anggaran
Bentuk atau jenis anggaran yang diperlukan berbeda antarbank, tergantung volume, jenis usaha, omzet usaha, luas office space dst. Namun sebaiknya anggaran tersebut bersifat komprehensif, yaitu semua kegiatan kerja yanng ada dapat disajikan anggarannya. Sebaiknya juga menggambarkan kegiatan usaha atau transaksi yang akan dilaksanakan serta nilai rupiah yang akan diterima maupun yang akan dikeluarkan untuk setiap unit kerja yang mengelola masing-masing jenis transaksi.

g.      Pelaksanaan anggaran
Sebelum anggaran diimplementasikan perlu disiapkan saran-saran kerja yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan anggaran. Dalam pelaksanaannya, setiap unit kerja dalam rangka mencapai objektif usaha yang telah ditetapkan untuk masing-masing jenis transaksi yang mempunyai tanggung jawab. Perlu juga dibina kerja sama yang baik dengan unit-unit kerja yang lain. Selain itu koordinasi juga sebaiknya dilakukan.

h.      Revisi anggaran
Adanya perubahan situasi dan kondisi dapat mempengaruhi sasaran usaha yang akan dicapai maupun critical point anggaran bank yang bersangkutan. Agar anggaran tersebut tetap operasionil maka anggaran harus segera direvisi seperlunya. Besar kecilnya revisi yang dilakukan tergantung pada tingkat materialitas dari perubahan situasi dan kondisi yang ada. Sebab lain diadakan revisi dapat juga terjadi karena penyusunan anggaran terlalu optimistis atau terlalu konservatif.

i.        Laporan anggaran
Secara periodik antara anggaran dan pelaksanaannya perlu disusun evaluasi yang disebut analisa variasi yaitu untuk mengetahui sepab-sebab terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran bank yang bersifat favorable ataupun unfavorable.
Hasil analisa ini disusun dan dilaporkan kepada Top Management dalam bentuk laporan anggaran. Informasi-informasi yang ada dalam anggaran tersebut sangat penting sebagai umpan balik kepada Top Management untuk pengambilan kebijaksanaan baru yang akan ditempuh untuk meningkatkan Provitability Bank, atau untuk pencapaian sasaran usaha yang lebih baik.
Di samping itu laporan anggaran tersebut sangat bermanfaat untuk menetapkan Reward and Punishment untuk tiap-tiap personalia, atau untuk pengukuran performance tiap-tiap unit kerja yang ada pada bank tersebut. Periode laporan ini dapat juga disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian mekanisme penyusunan anggaran untuk periode yang lalu telah dapat diselesaikan, dan akan kembali memasuki awal periode yang baru. Jangka waktu (periode penyusunan) penyusunan anggaran dapat dibuat tiap bulan/tiap kuartal/tahun. Sedangkan anggaran untuk jangka panjang dapat saja disusun dalam jangka waktu 5 tahun.
Secara lebih lengkap dan mekanisme penyusunan anggaran untuk masing-masing jenis transaksi yang biasa ada dalam dunia perbankan dapat dipelajari seperti pada bab-bab selanjutnya. 



PERANAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN BANK


BAB II BUKU BUDGETING
Seperti telah diketahui bahwa setiap tingkat manajemen didalam melaksanakan tugas sehari-hari akan dihadapkan kepada tiga fungsi pokok yaitu :
1.      Fungsi perencanaan
2.      Fungsi pelaksanaan
3.      Fungsi pengawasan
Masing-masing fungsi ini melekat erat pada diri setiap manajer, dan di samping itu masing-masing fungsi tersebut juga mempunyai korelasi yang sangat erat satu sama lainnya.
Untuk melaksanakan fungsi manajemen tersebut terutama fungsi perencanaan dan pengawasan banyak alat dan cara yang dapat ditempuh, dan salah satu alat yang akan dibahas dalam buku ini adalah anggaran.
A.       ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN KEGIATAN PERBANKAN
Pada bab 1-C di muka telah diuraikan panjang lebar apa sebabnya anggaran sangat diperlukan oleh setiap level Manajemen bank dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang cukup komplek. Di mana masing-masing permasalahan tersebut harus dapat diselesaikan dengan baik pada tingkat proporsi yang seimbang dan singkron satu sama lainnya. Oleh karena itu diperlukan sistem perencanaan yang baik, yang mengacu pada usaha peningkatan keuntungan dari bank yang bersangkutan. Hal ini kiranya dapat sejajar dengan tujuan utama dari setiap bank dalam rangka mendapatkan laba yang optimum. Hingga dengan demikian perencanaan untuk memperbaiki laba tersebut juga akan merupakan sasaran utama dari setiap bank.
Berbicara soal perencanaan laba ternyata mempunyai dimensi maupun ruang lingkup yang luas, yang akan melibatkan faktor intern maupun faktor ekstern bank itu sendiri.
Yang menjadi pertanyaan sekarang sampai sejauh mana anggaran bank (bank budgeting) tersebut mampu memenuhi kebutuhan manajemen bank dalam perencanaan usahanya? secara singkat dapat dijawab bahwa anggaran itu sendiri merupakan rencana kerja yang disusun secara sistematis dan dinyatakan dalam bentuk kesatuan uang. Jadi anggaran telah membahas kebutuhan manajemen dalam melaksanakan fungsinya berupa perencanaan, baik perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang, ataupun perencanaan yang bersifat politis, strategis, taktis, sampai dengan perencanan operasionil yang dirumuskan secara terpadu dan sistematis didalam anggaran tersebut.
Di samping itu kalau diperhatikan maka sifat anggaran tersebut juga sejajar dengan sifat-sifat suatu perencanaan yang baik yang dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
a)      Perencanaan merupakan Anticipatory Decision Making, maksudnya segala sesuatu yang dilakukan untuk masa yang akan datang harus dipertimbangkan, dipikirkan dan diputuskan alternatif terbaik sebelum kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Bank budgeting kalau ditinjau lebih mendalam juga mempunyai kriteria seperti tersebut diatas, past performance bersama situasi dan kondisi bisnis yang ada pada saat ini maupun proyeksi masa yang akan datang di evaluasi secara sistematis untuk melihat berbagai alternatif yang mungkin ada untuk pilihan yang terbaik.
b)      Perencanaan merupakan System of Decision, maksudnya suatu perencanaan tidak dapat dilakukan sepotong-sepotong, karena keberhasilan suatu badan usaha dalam mencapai sasaran sangat tergantung dari keserasian pengelolaan masing-masing faktor produksi tersebut dalam suatu keterpaduan. Bank budgeting juga merupakan System of Decision sebab dalam mekanisme kerja anggaran diawali dengan analisa SWOT, analisa critical point, analisa keseimbangan faktor-faktor usaha, penyusunan target, yang disusun secara sistematis dan pada masing-masing tahap tersebut memerlukan keputusan-keputusan yang bersifat integral.
c)      Perencanaan bersifat komprehensif, maksudnya rencana itu disusun secara lengkap untuk masing-masing jenis kegiatan, dan disusun untuk masing-masing tingkat manajemen. Bank budgeting juga memenuhi kriteria tersebut sebab anggaran tersebut disusun meliputi segala aspek kegiatan yang ada pada suatu bank untuk masa yang akan datang. Di samping itu anggaran juga disusun secara integral, yaitu dengan memperhatikan kegiatan usaha yang menjadi tanggung jawab setiap level manajemen yang ada pada bank yang bersangkutan. Dengan demikian anggaran ini akan menjawab semua fungsi perencanaan dari setiap level manajemen pula baik ditinjau dari segi kegiatan usaha secara fisik ataupun kegiatan usaha secara rupiah.     
B.       ANGGARAN SEBAGAI ALAT ORGANIZING
Dengan adanya perencanaan yang jelas untuk setiap jenis kegiatan usaha yang akan ditempuh oleh suatu bank pada waktu yang akan datang, tentu sangat membantu bagi manajemen bank yang bersangkutan didalam menyusun organisasinya, hal ini dapat dipahami karena :
§  Dengan jelasnya rencana kerja yang akan dilakukan, maka akan dapat disusun bentuk maupun sifat dari struktur organisasi dari bank yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan operasionil yang akan dilakukan di dalam rencana tersebut, jadi proses penyusunan struktur organisasi ini akan dapat berjalan dengan lebih mudah karena adanya rencana yang telah jelas.
§  Dengan adanya kejelasan rencana dan kegiatan yang akan ditempuh akan memudahkan manajemen dalam menyusun uraian tugas (Job Description) bagi setiap jabatan/posisi yang ada pada struktur organisasi tersebut yang harus mengarah pada terwujudnya rencana kerja yang telah ditetapkan untuk masing-masing jabatan maupun masing-masing posisi.
§  Setelah job desription serta line of authority and responsibility dapat disusun dengan baik maka pihak manajemen akan dapat dengan mudah memilih kualitas dari para personalia yang akan menduduki masing-masing jabatan/posisi dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana tersebut.
§  Dengan dasar rencana kerja yang jelas, tujuan, sasaran, misi bank, job description, line of authority and responsibility yang jelas maka span of control dari organisasi dapat diatur sedemikian rupa sehingga beban kerja organisasi itu sendiri maupun para individu yang menduduki masing-masing jabatan dalam organisasi dapat ditetapkan secara operasionil hingga dengan demikian diharapkan tidak ada satu bagian yang over loaded dan di bagian lain terlalu ringan tugasnya, ataupun over laping.

C.       ANGGARAN SEBAGAI ALAT COMMUNICATING ATAU COORDINATING
Dengan adanya anggaran di suatu bank maka tugas, tanggung jawab serta target kerja masing-masing individu menjadi jelas. Namun di dalam situasi dan kondisi perbankan yang modern, yang menganut konsep Global Banking System antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dalam bank tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal ini terjadi karena seorang nasabah atau suatu group nasabah dalam melaksanakan kegiatannya ia akan memerlukan berbagai jasa dari bank dimana ia menjadi nasabah. Dan agar bisnis nasabah dengan bank tidak bocor kepada bank lain, maka bank yang bersangkutan harus mampu melayani semua kebutuhan nasabahnya atas berbagai kebutuhan jasa perbankan dengan baik, walaupun jasa perbankan tersebut dikelola oleh berbagai unit kerja yang berlainan. Oleh karena itu antara unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lain harus adanya komunikasi dan kerja sama yang aktif, serta kerja sama yang baik ini perlu adanya koordinasi yang diorganisir di dalam suatu mekanisme anggaran. Yang menjadi pertanyaan sekarang bagaimana fungsi koordinasi dari anggaran tersebut akan dapat memainkan peranannya di dalam membantu manajemen untuk melaksanakan fungsi-fungsinya.
Pertama, fungsi koordinasi akan terlihat dan tercipta akibat adanya motivasi para pelaksana didalam pencapaian target usaha yang tak mungkin akan tercapai tanpa kerja sama dengan unit-unit kerja yang lain. Kebutuhan akan kerja sama ini akan mendorong timbulnya komunikasi antara unit-unit kerja yang bersangkutan. Dengan adanya koordinasi dan komunikasi akan sangat membantu masing-masing pihak didalam memecahkan permasalahannya.
Kedua, fungsi koordinasi dan komunikasi akan timbul karena sifat-sifat jasa perbankan itu sendiri saling terkait. Fungsi koordinasi selanjutnya dari anggaran yaitu di dalam menjaga tingkat performance masing-masing unit kerja pada proporsi yang telah direncanakan agar tidak  terjadi Overcapacity di suatu sisi dan Undercapacity disisi lain.
Dalam pelaksanaan anggaran, khususnya pada waktu mengadakan evaluasi akan terlihat unit-unit kerja yang mengalami Favorable Variance atau Unfavorable Variance. Selanjutnya masing-masing variance akan dianalisa sebab-sebabnya. Dan hasil analisa berupa sebab akibat tersebut akan menjadi bahan adjustment terhadap kegiatan masing-masing unit kerja yang terlalu pasif maupun yang terlalu aktif ataupun adjustment terhadap faktor-faktor ekstern lainnya. Dalam hal ini terlihat dengan jelas peranan anggaran sebagai alat koordinasi yang sangat baik.

D.       ANGGARAN SEBAGAI ALAT DIRECTING ATAU ACTUATING
Setelah suatu anggaran selesai disusun dan disahkan sebagai rencana kerja yang formal oleh Dewan Direksi atau Dewan Komisaris dari bank yang bersangkutan maka anggaran tersebut mempunyai kekuatan formal atau kekuatan yuridis bagi anggota manajemen bank yang bersangkutan untuk dilaksanakan. Top Manajemen mempunyai wewenang untuk memberikan perintah kepada Midle Management dan midle management juga mempunyai wewenang untuk memberikan perintah kepada Lower Management untuk melaksanakan suatu kegiatan seperti yang telah dirumuskan dalam anggaran.
Dengan adanya anggaran, maka anggota manajemen bank mempunyai alat serta wewenang untuk mencapai sasaran yang akan dicapai oleh bank melalui perintah-perintah yang dikeluarkan oleh Top Management terhadap Midle Management, Midle Management terhadap Lower Management.
Ditinjau dari sudut administrasi keuangan, anggaran merupakan wewenang untuk mengeluarkan atau membayar sejumlah tertentu untuk pembayaran suatu pengeluaran tertentu yang telah diatur dalam anggaran.
Anggaran yang telah disahkan secara formal merupakan sumber timbulnya keputusan yang akan dilakukan oleh setiap tingkat manjemen baik keputusan untuk kegiatan yang bersifat strategis maupun yang bersifat teknis.
Dengan adanya anggaran akan memberi manfaat bagi manajemen bank didalam menyusun policies, strategis dan taktis yang akan ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari, dalam proporsi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen yang bersangkutan, oleh karena itu tidaklah berlebihan untuk dikatakan bahwa anggaran merupakan sumber kekuatan manajemen untuk melaksanakan wewenangnya.

E.       ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGUKURAN PERFORMANCE
Setiap tingkat manajemen di dalam melaksanakan tugas-tugasnya tentu ingin mengetahui sejauh mana ia telah berhasil melaksanakan kegiatan kerjanya. Informasi ini jelas sangat penting baginya untuk mengatur policies, strategis, taktis dan rencana-rencana lainnya yang bersifat teknis implementatif di dalam usahanya untuk mencapai target sasaran bank-bank yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Apabila realisasi masih di bawah anggaran atau sebaliknya maka ia harus segera mencari upaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan tersebut.
Dari uraian di atas terlihat bahwa anggaran tersebut akan menjadi patokan (standard) yang akan dipakai sebagai alat untuk mengukur sejauh mana unit-unit kerja tersebut yang telah berhasil atau gagal didalam melaksanakan kegiatannya.
Besar kecilnya keberhasilan atau kegagalan dari masing-masing unit kerja akan diukur dari besar kecilnya tingkat variance antara anggaran daan realisasi kerja yang ada. Variance ini dikatakan menguntungkan (Favorable Variance) apabila manajemen dapat melampaui target pendapatan yang telah ditetapkan dalam anggaran, atau apabila manajemen dapat menekan biaya-biaya usaha sehingga realisasinya dibawah anggaran yang telah ditetapkan. Dan sebaliknya variance tersebut dikatakan tidak menguntungkan (Unfavorable Variance) apabila manajemen gagal untuk mencapai target atau volume usaha yang telah ditetapkan dalam anggaran, atau apabila manajemen gagal menekan biaya-biaya usaha sehingga realisasinya jauh melampaui batas anggaran yang telah ditetapkan.
Tentu daya ketepatan anggaran sebagai alat pengukur performance suatu unit kerja sangat tergantung pada ketepatan penyusunan (kualitas) dari anggaran tersebut dapat melaksanakan fungsinya dengan baik maka penyusunan anggaran tersebut harus dilakukan secermat mungkin. Selain itu, agar validitas anggaran sebagai alat pengukur tetap terjaga maka anggaran tersebut secara periodik harus dievaluasi kembali, serta bila perlu dilakukan sebagai adjustment.
Pengukuran performance dari suatu unit kerja melalui anggaran akan memberikan manfaat bagi bank sebagai unit entity maupun kepada masing-masing pribadi manajemen yang bersangkutan, diantaranya :
§  Mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi yang dicapai suatu unit kerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
§  Mengetahui berbagai kebijaksanaan terhadap implementasi yang harus ditempuh oleh manajemen didalam mencapai anggaran yang ditetapkan.
§  Untuk mengukur prestasi kerja masing-masing manajemen rencana pribadi untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, mutasi, dll.
§  Sebagai umpan balik untuk segala bentuk perbaikan operasi bank yang bersangkutan.

F.        PERANAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGAWASAN
Salah satu fungsi manajemen yang penting adalah pengawasan, baik pengawasan dalam arti sempit maupun pengawasan dalam arti luas sebagai pengendalian. Sifat pengawasan itupun juga dapat dibedakan dalam bentuk kualitatif dan pengawasan dalam bentuk kuantitatif. Apabila dihubungkan peranan anggaran sebagai alat pengawasan manajemen, maka peranan pengawasan yang bersifat kuantitatif tersebut akan lebih menonjol bila dibandingkan dengan pengawasan kualitatif. Hal ini dapat dipahami karena anggaran itu sendiri lebih banyak menyajikan ukuran-ukuran kuantitatif dibandingkan dengan ukuran-ukuran yang bersifat kualitatif.
Untuk memahami permasalahan ini lebih baik kiranya perlu diingatkan kembali apakah sebenarnya tujuan yang ingin dicapai dari pengawasan itu sendiri? dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Untuk penjagaan dan pengamanan harta milik bank
b.      Untuk mendorong tercapainya efisiensi kerja yang lebih baik
c.       Untuk mendorong dipatuhinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan
d.      Untuk memperoleh adanya administrasi keuangan yang tepat waktu, tepat guna dan teliti.
Yang menjadi pertanyaan sekarang yaitu sampai sejauh mana masing-masing tujuan pengawasan tersebut dapat diwujudkan melalui anggaran-anggaran. Berikut uraiannya secara singkat :
§  Pada dasarnya anggaran merupakan suatu sistem otoritas atas pengeluaran biaya, baik biaya usaha (modal kerja) maupun untuk biaya investasi. Jadi sebelum dilakukan suatu pembayaran untuk pengeluaran tertentu, maka pengeluaran tersebut akan terlebih dahulu dicocokkan dengan mata anggaran yang ada, serta melalui sistem Approval yang berlaku.
§  Dengan adanya sistem anggaran yang berlaku di bank yang bersangkutan juga akan memotivasikan adanya sistem administrasi yang baik, yang berupa pencatatan (posting) pengeluaran biaya tersebut kedalam pos-pos yang sesuai dengan struktur rekeningnya.
§  Dari anggaran juga akan terlihat besarnya pendapatan (revenue) yang seharusnya diterima oleh bank, sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan usaha yang telah dilakukan sehingga apabila ada suatu kegiatan usaha yang tidak menghasilkan revenue sebesar angka yang telah dianggarkan akan memancing pihak manajemen untuk dapat menyelidiki lebih lanjut sebab-sebab terjadinya suatu penyimpangan tersebut.
§  Dengan adanya sistem anggaran yang diterapkan didalam suatu bank akan sangat bermanfaat untuk mengukur prestasi kerja atau pendapatan yang diterima, atau mengukur biaya yang seharusnya dikeluarkan. Pengukuran prestasi kerja ini dapat dilakukan dengan baik dengan Analisa Variance, yaitu dengan membandingkan realisasinya dengan anggarannya.
Jadi dengan adanya anggaran tersebut maka angka-angka masing-masing mata anggaran akan dapat dipakai sebagai Trigger Point dari masing-masing kegiatan yang telah dirumuskan dalam masing-masing mata anggaran yang bersangkutan. Dengan demikian anggaran ini akan dapat dipakai sebagai alat untuk mengantisipasikan problem-problem potensial yang akan timbul di kemudian hari agar dapat dicegah sedini mungkin dengan pemecahan problem setepat-tepatnya. Dengan demikian anggaran merupakan Early Warning System dalam pengendalian jalannya bank.